Bingung mau cerita dari mana, yang jelas dari kejadian-kejadian ini pasti ada sesuatu yang berubah, baik itu sifat buruk menjadi baik ataupun sebaliknya.
Mungkin yang kalian tau aku itu sosok yang cuek pada setiap masalah, aku sosok yang tidak responsive untuk setiap stimulus yang datang baik itu stimulus positif maupun stimulus yang sifatnya negative.
Aku punya alasan untuk setiap apa yang aku lakuakan, bahkan jika aku tidak melakukan apa-apa sama sekali.
Rasa aku seperti ini, sifat aku seperti ini, tabiat aku seperti ini. Sebelumnya aku minta maaf jika rasa atau tabiat yang muncul di aku ini seperti ini, seperti daun yang terapung dialiran air yang tidak menghiraukan apa-apa yang dia lewati. #leumpeung
Teman aku aryne pernah bilang, aku itu memang tidak berlebihan jika mengeksperikan sesuatu, tapi malah minus. Disitu aku tersadar kembali, dan sebenarnya dalam hati aku menolak dikatakan demikian, karena apa? Karena aku masih memiliki empati dan respon, namun sayangnya aku gak bias mem-verbalkannya. Aku orang yang cukup sulit untuk mengekspresikan sesuatu, jadi terkesan aku adalah orang yang super cuwek, tak peduli sekeliling, yang Cuma mau enaknya saja, yang tak mau berbuat apa-apa jika ada sesuatu. Seperti yang aku bilang aku punya alasan untuk mlakukan sesuatu bahkan tidak melakukan sesuatu sama sekali.
Karena ini sifat dasar aku, aku melakukan hal-hal demikian bukan baru sekarang, bukan Cuma pada kalian, tapi dari dulunya memang seperti ini. Jangankan jika kalian yang sedang menangis atau marah, jika ibu aku sedang marahpun respon aku seperti itu, aku lebih memilih menghindar, masuk kamar, dengarkan ibu aku mengeluh apa tentang aku, dan keluhan itu aku save dalam hati untuk bahan evaluasi, dan setelah dua jam kemudian aku percaya semua akan kembali seperti semula. Aku akan bercerita dan bercanda lagi sama orang tua aku. Dan aku melakukan hal yang sama persis pada kalian, jika ada apa-apa aku bukan pemeran pembantu utama dalam masalah kalian. aku punya anggapan jika aku merespon atau mencoba mendekati kalian yang berada dalam keadaan kurang baik aku takut akan mengganggu privasi kalian, dengan kedatangan aku malah akan memperburuk suasana, karena apa? Karena aku kurang pandai untuk menghadapi suasana buruk yang terjadi pada orang selain aku sendiri. Aku sering bilang, aku tidak suka jika harus berhadapan dengan orang yang sedang marah atau mengatakan sesuatu dengan nada tinggi, sebenarnya kata “tidak suka” itu merupakan sebuah defance, aku bukan tidak suka, tapi tidak berani, jika menghadapi orang marah aku akan menangis atau mungkin sebaliknya aku yang akan lebih marah padanya atas perlakuan yang kurang bisa aku terima, dan menurutku itu akan memperburuk keadaaan.
Maaf atas sifat apatis yang timbul dari dalam diri aku. Dan aku yakin kalian ada yang memahami dan memaklumi atas sifatku, dan aku yakin ada diantara kalian yang beranya-tanya bahkan tidak menyenangi atas sifatku ini. Maaf, aku bukan tidak peduli jika kalian ada keluhan yang kalian alami, aku tahu 100%, namun sayangnya aku belum mampu memverbalkan ekspresi dan empati yang ada dalam hati. Dirumah mungkin aku merasa cocok dan aman-aman saja dengan sifat aku yang demikian, namun jika aku keluar jauh dari rumah untuk bertemu kalian sifat yang mengakar pada aku ini memang tidak cocok dan memang kurang baik jika aku lakuakan pada kalian, dan aku memang harus belajar untuk lebih ekspresif, karena ternyata kalian tidak membutuhkan diamku. Tapi setidaknya kalian memahami dan memaafkan atas sifatku yang satu ini.
Aku jadi ingat, ketika aku menghadapi amoy yang mendapat masalah atas musibah yang terjadi pada keluarganya, dia menangis sejadi-jadinya. Disitu aku bingung harus memperlakukan amoy seperti apa, apa yang dia alami itu menyangkut aib keluarganya, privasinya, dan aku takut amoy tidak berkenan jika aku tahu tentang masalahnya tersebut, namun aku tidak boleh tinggal diam, aku sedang belajar, akhirnya dengan rasa memberanikan diri penuh takut aku mendekati amoy, dan aku berkata semampuku, aku melakukan apa yang aku bisa, mungkin disitu amoy merasakan bagaimana canggungnya aku menghadapi dirinya yang penuh luka.
Aku ingin kalian memahamiku sedikit demi sedikit yang sedang belajar bagaimana peduli yang ekspresif. Mungkin ada belajar-belajar aku yang lain tentang peduli, namun karena saking jarangnya jadi aku mampu mengingat yang ini.