Rabu, 23 November 2011

jangan jadikan saya menjadi pecundang

Jika dikatakan rindu, aku memang rindu
Add caption
Jika dikatakan ingin datang, aku memang ingin disana
Jika dikatakan ada penyesalan, kenapa aku harus mengenal mereka?
Mereka baik, mereka sayang, mereka menginginkan yang terbaik buat aku
Tapi kenapa harus ada satu insiden yang sampai sekarang membuat aku tak ingin kembali ketempat itu
Merasa dihantui, merasa aku yang bersalah, mengajarkan aku menjadi seorang pecundang
Merasa sia-sia senyum yang pernah ada
Merasa tak pernah ada tawa
Merasa sia-sia peluk yang melilit dileher
Kini tempat itu membuat aku tak ingin kembali, seolah-olah aku menghindar
Padahal aku hanya ingin tanpa mereka
Aku ingin lepas
Aku ingin kembali kebeberapa tahun yang lalu
Dimana kita tak saling mengenal satu sama lain
Maaf, bukan tak ingin mengenal kalian


Kamis, 17 November 2011

letter to God

Ya Allah pada-Mu aku bersimpuh mengadukan
segala keluh kesah yang membelenggu
dan aku hanyalah hambamu yang rapuh
Yaa Allah..segalanya telah aku pasrahkan kini
karena Engkaulah tempatku berserah diri
Kepada-Mu segala keyakinan
Kepada-Mu..sukma-sukma ini kan datang
Ya Allah.. aku yakin saat ini engkau sedang mendengarkan hamba, Engkau pasti tahu persis apa yang sedang hamba harapkan dariMU. Engkau pasti sangat mengerti apa yang menjadi kebimbangan hamba saat ini. Dan hamba  yakin Engkau sedang mengajarkan kepada hamba bagaimana meraih segalanya dengan cara yang indah, Engkau pasti tak ingin melihat hamba sukses namun tanpa usaha.
Ya Allah.. tentunya hamba ingin melihat orang tua hamba bangga, melihat anak yang dirawatnya dari kecil kini menjadi seorang dewasa yang mampu mengukir senyum puas dibibir mereka. Mewujudkan semua impian mereka dan mewujudkan semua harapan-harapan mereka.
Dan untuk mencapai semuanya itu tak mudah bagi hamba, diperjalanannya hamba harus bertemu dengan berbagai rintangan dan ujian. Hamba harus menghadapi musuh hamba yaitu rasa malas dan kantuk. Ketika malas datang yang hamba inginkan hanyalah sebuah kamar yang sepi dan tak ada yang ingin kulakukan sedikitpun, sampai akhirnya rasa penat dan mengantuk datang memeluk hamba yang sedang sendiri.
Ya Allah jauh kan hamba dari sifat malas, agar hamba dapat mengerjakan tugas-tugas hamba dengan penuh semangat, agar hamba dapat segera melihat senyum itu, senyum dari kedua orang tua hamba. agar hamba bisa cepat-cepat hengkang dari kampus yang  mengukir penuh cerita.
 Hamba berharap dapat dipertemukan dengan  orang-orang yang senantiasa mampu mengerti dan mengingatkan hamba ketika lupa, mengingatkan hamba ketika hamba salah, sahabat-sahabat yang ikhlas dan tulus terhadap hamba, yang mampu menjadi topangan hamba ketika hamba terpuruk, yang mampu memahami air mata hamba ketika menangis.  tak usah yang lebay ya allah.. cukup yang memahami saja. Dan hamba bersyukur untuk saat ini Kau telah mengkaruniakan sahabat yang seperti itu. Untuk seluruh sahabat seperjuanganku yang gak bisa disebutin satu persatu di kampus, yuk..kita sama-sama berjuang di detik-detik terakhir ini. Untuk sahabat-sahabatku tercinta yang ada dikosan doakan aku ya agar segera enyah dari “rest room, beauty room dan smart room”,  biar kalau  bobo ga akan sempit-sempitan lagi, dan yang terpenting biar aku gak terkena tendangan dari salah satu sahabat kita yang suka “motah”.
Ya Allah, terimaksih Kau telah memberi kesempatan kepada hamba untuk menulis surat ini, hamba yakin Engkau pasti mendengar dan akan mengabulkan pengharapan hamba. Amiin..

Senin, 14 November 2011

BERUBAHLAH SEPERTI YANG KU MAU

Sikap seperti apa yang harus aku perlakukan padamu?
Saat ini yang kurasakan padamu adalah rasa ingin memiliki, cemburu  jika aku tau ada orang lain yang mengharapkanmu. Tak rela  jika kamu duduk bersama orang lain selain aku. Dan sebenarnya aku sendiri tak tahu atas dasar apa aku bersikap seperti itu. Cintakah?
Aku merasa senang jika kita duduk berdampingan atau berhadapan, saling berbagi, merawatmu, memperhatikanmu, dan berbicara berdua dengamu dan banyak hal lain yang aku suka darimu. Dan lagi-lagi aku tak tahu atas dasar apa aku bersikap seperti itu. Cintakah?
Aku senang jika orang-orang berbicara tentang kita, mereka mengatakan bahwa kita adalah bersama. Ku aminkan perkataan mereka tentang kita, namun ketika aku terdiam aku mencoba berfikir apa tujuanku jika aku benar-benar milikmu, sedangkan perasaanku sendiri masih bertanya-tanya apa yang menjadi impianku tentangmu.
Aku tak tahu perasaanmu terhadapku seperti apa, karena aku benar-benar tidak mampu menebaknya. Maaf jika ada yang salah tentang ucapanku selama ini. Karena selama ini sering aku menunjukan sikap tertarik padamu, tapi tak jarang pula aku memunculkan sikap tak peduli padamu.
Aku seolah-olah menjadi lebih dari teman atau mungkin bisa dikatakan aku menjadi seorang posesif bagimu, bertanya tentang apa saja yang kumau, mengatur ini dan itu, kulakuan itu semua hanya karena aku takut kehilanganmu. Namun aku egois, aku takut kehilanganmu namun aku sendiri tak mau untuk memilikimu seutuhnya. Belum mampu menerima kelebihan dan kekuranganmu.
Mungkin ini  harapanku yang dulu terkabul saat ini. Aku sempat memohon pada Tuhan agar aku bisa didekatkan denganmu, hanya sebatas itu, tak berharap memohon kelanggengan hidup denganmu.  
Saat ini kita adalah teman, aku tak tahu apa jadinya kita di tahun-tahun berikutnya. Hanya dua kemungkinan, hidup bersama atau bisa jadi kita hidup masing-masing dan tentunya dengan pasangan masing-masing. Jika kita hidup bersama aku masih mampu membayangkan apa yang akan kita lakukan nanti, hidup dalam satu rumah yang sederhana namun istimewa, dikelilingi kebahagiaan yang tak pernah berhenti. Kita meniti impian bersama. Namun apa jadinya jika kita hidup tak bersama, apa aku masih mampu menatapmu jika bertemu? apa aku masih mampu untuk merawat dan memperhatikanmu? Apa aku akan memperlakukan hal yang sama seperti sekarang? Cemburu pada orang yang akan jadi milikmu? Yang ku rasakan saat ini aku tak mampu membayangkan jika itu benar-benar terjadi, hati ini terasa teriris. Belum mampu merelakanmu dengan yang lain.
Harapanku saat ini adalah menjadi seorang pengantin, istri dari seorang yang tampan, pintar, sholeh, pekerja keras dan bertanggung jawab. Dan sepertinya aku belum menemukan sebagian dari itu didirimu. Dan aku harap kamu mampu mewujudkan impianku, jadilah seperti apa yang kuinginkan, toh yang kuinginkan ini bukanlah sesuatu hal yang buruk. Kita lanjutkan hidup bersama-sama kembali. jadilah orang yang mampu kubanggakan. Jika kita ditakdirkan bersama maka kita akan bersama, namun  jika tuhan berkata lain menakdirkan kita hidup masing-masing, jadilah orang yang bisa membanggakan wanitamu.